awal mula seni ukir jepara

Posted by Unknown Senin, 10 September 2012 1 komentar
Bagikan Artikel Ini :
       Jepara punya ungkapan yang dilontarkan oleh perajin mebel ukir bahwa “hidup atau mati bersama-sama dengan kayu”. Ungkapan in menunjuk suatu tekad bulat dan mantap dari lubuh hati yang teguh dalam menekuni bidang profesinya, meskipun berhadapan dengan berbagai rintangan dan hambatan.

       Sesungguhnya, jepara adalah sebuah kota kecil terletak di kawasan pantai utara Jawa, akan tetapi Jepara memilik sejarah yang amat panjang. Pada abad ke 7 di Jawa terdapat sebuah kerajaan bernama Ho-Ling yang oleh para pakar disamakan dengan Kalingga. Diduga kerajaan itu berada di Jepara. Pada 674 Kalingga diperintah oleh seorang raja perempuan bernama Ratu Shima, yang merintis kerajaannya menjadi kota pelabuhan. Kelak, kota pelabuhan itu banyak dikunjungi oleh kapal asing, baik yang dating dari india, arab, Cina, Kamboja, maupun dari Eropa Barat. Jepara kemudian menjadi sangat ramai oleh kesibukan di bidang pelayaran, perniagaan, perdagangan dan menjadi salah satu pintu gerbang masukknya berbagai pengaruh asing. Akibatnya, di satu sisi telah terjadi proses urbanisasi, di sisi lain terjadi akulturasi seni dan budaya. Menurut Groneveldt, kerajaaan Kalingga berlangsung sejak abad ke 7 sampai abad ke 9, sesudah itu pusat kerajaan berpindah ke selatan untuk selanjutnya bergeser ke Timur.

         Pada abad ke 11 sampai ke 15 hubungan kerajaan majapahit dengan Campa dan Cina sudah sangat akrab. Para penguasa kearajaan saling berkunjung dan member upeti, namun yang terjadi kadang-kadang sebaliknya, saling menyerang dan menguasai untuk meluaskan pengaruh kekuasaan, wilayah perniagaan, dan daerah perdagangan. Di samping itu, para sufi dan penyebar agama Islam juga berdatangan, diantaranya, Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, selain sebagai pelopor dan penyebar Islam, juga menjadi raja, sehingga dia mendapat julukan Pandita Ratu. Menurut berita-berita Portugis, sejak pertengahan abad ke 16, Jepara dipimpin oleh raja perempuan bernama Ratu Kalinyamat yang akrab dengan penerus kekuasaan Demak Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Pada masanya, Ratu Kalinyamat berhasil mengangkat Jepara menjadi salah satu ibukota dan pelabuhan terpenting di pantai pesisir utara tanah jawa.

         Pada abad ke 16 sampai 19, kota Demak dan Jepara menjadi dwikota yang berkuasa. Graaf menyatakan, mungkin Jepara adalah kota tua, lebih tua dari Demak. Dua kota itu sangat penting bagi pemerintah, baik pada masa pemerintahan kerajaan Demak, Pajang, Mataram, maupun pada masa pemerintahan Kolonial. Pada tahun 1599, Jepara ditaklukkan oleh Panembahan Senopati, sehingga eksistensinya berada di bawah kekuasaan Mataram. Meskipun demikian, Jepara tetap merupakan pelabuhan penting dan mempunyai peranan yang besar bagi kerajaan. Pada tahun 1615, orang-orang Belanda melaporkan telah bertemu sekitar 60 hingga 80 jung dari di dekat pantai Sumatera, sebagian besar diantaranya berasal dari Jepara. Pada waktu itu, wilayah Pesisir Mataram dibagi dua bagian, yaitu Tlatah Pesisir Kulon dan Tlatah Pesisir Wetan. Jepara termasuk wilayah pesisir wetan. Pada abad ke 18, usat pemerintahan dipindahkan ke Semarang, akibatnya pelabuhan Jepara mengalami kemunduran hebat.

        Pada akhir abad ke 19 sampai awal abad ke 20, Jepara tampil kembali dalam percaturan internasional dengan hadirnya RA Kartini, seorang tokoh gerakan emansipasi wanita yang secara cemerlang dan berhasil meletakkan dasar-dasar perjuangan bagi kaumnya. Suatu pergerakan yang mengantarkannya diakui sebagai pelopor pergerakan wanita. Kartini juga memikirkan masalah pendidikan bagi masa depan bangsanya, suatu gagasan yang mengilhami lahirnya model pendidikan seperti yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Ia sangat memperhatikan kesejahteraan hidup rakyat kecil dan berusaha keras untuk mengangkat dan mengembangkan potensi daerah, khususnya di bidang seni Kerajinan.

       Dewasa ini, Jepara lebih dikenal sebagai pusat industry seni kerajinan mebel ukir kayu, suatu jenis kegiatan seni tradisi pertukangan dan perundagian yang telah berkembang menjadi salah atu unit usaha industry yang handal. Hasil produksnya telah memasuki daerah pemasaran yang luas, baik pada tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional, antara lain di lima benua, yaitu di Asia, Afrika, Australia, dan Eropa.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: awal mula seni ukir jepara
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://bolasantri.blogspot.com/2012/09/awal-mula-seni-ukir-jepara.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

artikel sangat bagus, kami penerbit sangat minat menerbitkan tema tersebut terlebih lagi keanegarakaman tentang tema Ukiran Kayu Ketrampilan ataupun sejarahnya, Mohon Kirim Naskah Anda untuk kami terbitkan ke email : redaksipanjiduta@gmail.com terimakasih

Posting Komentar